Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Syu’aib AS - Nabi Syu'aib masih keturunan Luth yaitu putra As. Dan As putra Luth. NaDi Syu'aib diutus Allah untuk membenahi kaum Madyan. Kaum itu tidak lagi menyembah ajaran nabi Luth. Mereka ingkar begitu nabi Luth wafat. Mereka lebih senang berbuat kemaksiatan dan kerusakan. Mereka tidak lagi menyembah Allah sebagaimana yang telah diajarkan nabi Luth. Sesembahan yang menjadi tuhannya ialah berhala.
Kaum Madyan tidak memiliki sifat toleransi. Mereka senang menginjak-injak hak asasi saudaranya. Mereka senang merampok dan berbuat kerugian sesamanya.
Dikarenakan sifat mereka seperti itulah maka penduduk tidak berani tidur malam dengan tenang. Penduduk tidak berani berdagang karena mendapat ancaman dan penganiayaan.
Demi melihat keganjilan-keganjilan di daerah sekitarnya membuat nabi Syu'aib tidak tinggal diam. la mulai mengajak kaum Madyan segera meninggalkan perbuatan-perbuatan itu. Nabi Syu'aib merasa prihatin akan kelakuan orang-orang Madyan
Kenabian Syu'aib telah diterangkan dalam Al Qur'an surat Hud Ayat 84:
Artinya: Dan kepada (penduduk) Madyan (kami utus) saudara mereka, Syu'aib. la berkata : "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu mengurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat). (Huud :84)
1. Tingkah Laku Kaum Madyan
Kaum Madyan adalah kaum yang menduduki daerah Madyan dekat Mi'an. Kampung itu terletak di tengah-lengah antara Syam dan Hijaz. Mereka mempunyai pekerjaan niaga. Mulai kecil sudah diajarkan bagaimana caranya berdagang yang berhasil. Sehingga tidak mengherankan jika mereka hidup dengan tenang dan tidak pernah mengalami kerugian sedikitpun.
Meskipun demikian, kaum Madyan mempunyai perilaku yang jelek. Contohnya saja ialah mengurangi takaran timbangan. Sehingga barang yang dibeli orang tidak sama dengan timbangan. Jika barang yang dijual itu beratnya sekilo belum tentu sama dengan takarannya.
Kaum Madyan pada umumnya ingkar dan tidak menyembah Allah. Mereka beralasan demikian, sebab menurutnya Allah tidak dapat dilihat. Mereka lebih suka menyembah berhala. Di rumah-rumah banyak terdapat patung batu sebagai tuhannya. Mereka juga menyediakan tempat khusus untuk pemujaan. Tempat itu berupa tanah lapang, kemudian diletakkan patung batu. Sekali tempo kaum Madyan mendatangi patung itu secara berbondong-bondong.
Bukan itu saja, kaum Madyan tidak mau bekerja keras. Mereka hanya bermalas-malasan setiap hari. Karena yang demikian inilah orang-orang Madyan banyak yang menjadi perampok, penyamun dan pencuri. Akibatnya penduduk kota dan kafilah yang melewati perkampungannya tidak tenang.
Orang Madyan tidak segan-segan menganiaya dan membunuh mangsanya. Jika barang yang dikehendaki tidak diberikan. Karena hal ini terus berkelanjutan, maka orang-orang yang beriman tidak dapat tidur dengan tenang. Mereka memikirkan hartanya, jika sampai dirampok oleh sebagian orang-orang Madyan.
Kaum Madyan tidak lagi menegakkan kebenaran seperti yang pernah diajarkan oleh nabi Luth kepada bapak moyangnya. Mereka menganggap orang tua yang masih menyembah Allah adalah bodoh. Dengan memberikan alasan yang meyakinkan mereka mengajak para orang tua untuk menyembah selain Allah. Jika orang-orang itu tidak mau menuruti, maka mereka akan disiksa.
Karena kejujuran sudah tidak ada lagi diantara mereka, akibatnya saling mencurigai. Apalagi dalam berdagang, mereka membeli barang-barang ketika masih murah dan menjualnya kembali ketika musim paceklik dengan harga tinggi. Tentu hal ini bertentangan dengan ajaran agama Islam. Namun mereka tidak pernah mempunyai pikiran bahwa suatu saat harta itu akan lenyap.
2. Dakwah Nabi Syu'aib
Ketika semua penduduk kota sudah tidak ada lagi yang mau berbuat kebajikan, akhirnya Allah mengangkat nabi-Nya. Orang itu adalah nabi Syu'aib. Nabi Syu'aib diutus untuk menegakkan kebenaran dan memerangi kebatilan serta membenahi akhlak kaum Madyan yang telah bejat
Mula-mula nabi Syu'aib hanya melihat perbuatan mereka, namun setelah semakin lama semakin tidak karuan akhlaknya membuatnya mengambil suatu tindakan. Nabi Syu'aib berusaha untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar dengan kata-kata yang lembut tapi agak pedas. la ingin tahu reaksi masyarakat Madyan setelah mendengar ucapannya.
Sasaran dakwahnya yang pertama ialah penghapusan penyembahan pada berhala.
" Hai saudara-saudaraku, hentikan penyembahan terhadap patung itu. Sembahlah Allah yang telah menjadikan langit dan bumi, "ajak nabi Syu'aib suatu ketika. Ajakannya ini mendapat tanggapan lain dari orang-orang Madyan. Mereka menganggap bahwa nabi Syu'aib sudah tidak waras.
" Wahai Syu'aib, mengapa kau melarang kami menyembah tuhan-tuhan itu. Jika kau tidak senang maka tinggalkan tempat ini, "kata kaum Madyan dengan marah sebab tuhannya telah dihina.
" Allah, tidak ada yang dapat menyamai-Nya. Ketahuilah bahwasannya Allah adalah Tuhan yang dapat menolong kesulitan, "kata nabi Syu'aib dengan suara tenang.
Kaum Madyan tidak suka mendapat seruan berupa ajakan itu. Setiap sore mereka duduk-duduk ditengah jalan untuk menghalangi orang-orang yang hendak menuju rumah nabi Syu'aib. Kaum Madyan senang sekali menghina pengikut nabi Syu'aib. Mereka menganggap orang yang mengikuti nabi Syu'aib adalah orang-orang bodoh, tolol dan banyak lagi cacian yang menyakitkan bati.
Orang-orang (pengikut) nabi Syu'aib melaporkan penghinaan yang diterimanya dari mereka. Namun nabi Syu'aib tidak pernah marah sedikitpun. Beliau justru mendoakan agar diberi jalan terang sehingga ajakannya dapat diterima oleh mereka.
Karena setiap bari, pengikutnya selalu mendapat hambatan dan hinaan, akhirnya nabi Syu'aib berkata pada kaum Madyan. Perkataan ini sudah diabadikan dalam Al Qur'an surat Al A'rof ayat 86:
Artinya: Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-. nakuti dan menghalangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan mereka (orang-orang) yang berbuat kerusakan. (Al A'rof: 86)
Setiap nabi Syu'aib melakukan dakwah selalu mendapat hinaan dan cacian dari kaum Madyan. Mereka berusaha untuk menghentikan dakwah itu. Namun sejauh itu usahanya tidak pernah memperoleh hasil. Sebab nabi Syu'aib mendapat lindungan dari Allah.
Karena tujuan utama yaitu menyuruh kaum Madyan meninggalkan sesembahan mereka tidak berhasil maka beliau tidak berhenti sampai disitu. Beliau masih mengupayakan agar kaum Madyan mau mengikuti ajarannya.
"Wahai kaumku, aku tidak pernah meminta upah dan minta pujian dari kalian. Aku mengajak kalian menyembah Allah karena hanya Dia yang patut disembah. Hentikanlah penyembahan kalian terhadap batu-batu yang bisu itu, "kata nabi Syu'aib pada suatu perkumpulan.
" Hai Syu'aib, apakah agamamu menyuruh agar kami menghentikan penyembahan yang sudah diturunkan bapak-bapak kami ? "tanya beberapa orang Madyan bertanya dengan nada sinis
Bagaimana jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku ? "tanya nabi Syu'aib kepada mereka.
" Bukti apa yang hendak kau tunjukkan pada kami ? "tanya mereka. Mereka tidak pernah mau mengakui kebenaran nabi Syu'aib sehingga semua seruannya selalu mendapat tantangan.
" Apakah kalian tidak pernah mendengar cerita dari kakek nenek, bapak dan ibu mengenai hancurnya kaum Nuh dan Luth? "tanya nabi Syu'aib. Demi mendengar jawaban itu kaum Madyan berpikir dua kali sebelum membuka suara lagi. Diantara kaum Madyan ada juga yang membenarkan ucapan itu mengakut kenabian Syu'aib. Namun sebagian lagi tidak mau mendengarkan ucapan-ucapan nabi Syu'aib selanjutnya.
Sedikit demi sedikit kaum Madyan meninggalkan nabi Syu'aib beserta pengikutnya. Akhirnya tidak ada lagi yang tersisa satupun juga. Sebelum pergi mereka mengejek ajaran nabi Syu'aib dan mengatakan bahwa beliau telah sinting.
Karena ajakannya tidak pernah didengarkan oleh kaum Madyan akhirnya nabi Syu'aib pergi ke wilayah lain. Di sana terdapat Ashabul Aikah. Nabi Syu'aib berharap agar dakwahnya ditengah-tengah masyarakat setempat diterima dan ajarannya diikuti.
Namun kaum itu tidak ada bedanya dengan kaum Madyan. Bahkan mereka lebih berani menghina nabi Syu'aib. Mereka mengatakan bahwa nabi Syu'aib adalah penyihir. Meskipun demikian nabi Syu'aib tidak pernah marah dan beliau tetap meneruskan dakwahnya hingga ada pula yang mau mengikuti ajarannya.
Karena masyarakat setempat selalu menghina dan berusaha menghalang-halangi dakwahnya, akhirnya nabi Syu'abi meminta dan mengadukannya kepada Allah.
3. Azab Yang Membinasakan Kaum Madyan dan Kaum Ashabul Aikah
Setelah semua usaha nabi Syu'aib untuk mengajak kembali, kedua kaum itu tidak menemui hasil, maka beliau meminta pertolongan pada Allah.
" Ya Allah,bukakanlah pintu hati mereka agar mau mengikuti ajaranku," doa nabi Syu'aib.
Nabi Syu'aib yakin bahwa suatu saat kaum Madyan dan kaum Ashabul Aikah akan mau menerima ajarannya. Berangkat dari pemikiran itulah ia tetap meneruskan dakwahnya dengan tidak mengenai putus asa sedikitpun. Seperti biasa ia selalu mendapat cacian dan hinaan dari kaum Ashabul Aikah.
" Wahai saudaraku, jika kalian tidak mau menyembah Allah dan menghentikan semua perbuatan maksiatmu, niscaya Allah menurunkan azab-Nya, "kata nabi Syu'aib kepada kaum Ashabul Aikah.
Kaum itu sudah tidak menggubris seruan nabi Syu'aib. Begitu mendengar kata-kata itu, mereka malah ingin buktinya.
" Tunggulah barang beberapa hari ini. Niscaya kalian akan merasakannya, "kata nabi Syu'aib. Kemudian beliau berkemas dan mengajak semua pengikutnya meninggalkan perkampungan itu. Mereka menuju perkampungan kamu Madyan.
Setelah kepergian nabi Syu'aib dan pengikutnya, tiba-tiba awan di langit bergulung-gulung bergerak perlahan-lahan. Tak lama kemudian menaungi kaum Ashabul Aikah. Awan itu menimbulkan hawa panas. Akibatnya orang-orang mengeluh kepanasan.
Mereka mencari naungan lagi dan mencari angin yang bisa melenyapkan kegerahannya. Tiba-tiba datanglah guntur yang menyambar mereka. Sungguh janji Allah itu benar. Pada hari itu merupakan siksaan bagi kaum Ashabul Aikah yang telah mendustakan nabi-Nya.
Untunglah nabi Syu'aib dan pengikutnya sudah keluar meninggalkan wilayah itu sehingga mereka selamat dari azab itu. Setelah tiba di wilayah Madyan, nabi Syu'aib melakukan dakwah kembali. Namun kaum itu masih berpendirian seperti dulu.
" Wahai kaumku, apakah kalian tidak mengetahui bahwa orang-orang yang mendiami wilayah Ashabul Aikah telah mengalami siksaan, "kata nabi Syu'aib dengan memberikan contoh kaum Ashabul Aikah.
" Wahai Syu'aib bencana itu sudah wajar. Bencana itu datangnya bukan dari dirimu juga bukan dari Tuhanmu, melainkan dari alam, "teriak mereka seraya mengejek nabi Syu'aib.
" Jika kalian tidak mau menerima ajaranku dan enggan meninggalkan perbuatan maksiat, niscaya Allah akan menurunkan siksaan padamu juga, "kata nabi Syu'aib memperingatkan.
" Jika memang benar itu merupakan siksaan dari Tuhanmu, kami ingin merasakannya juga, "kata mereka dengan congkaknya.
Karena semua nasehat tidak pernah mendapat tanggapan sendikitpun dari kaum Madyan akhirnya nabi Syu'aib dan pengikutnya meninggalkan wilayah Madyan.
Setelah beberapa hari sepeninggal nabi Syu'aib beserta pengikutnya maka azab Allah diturunkan. Azab itu berupa guntur. Hanya sekali sambar, maka kaum Madyan tidak ada lagi yang tersisa. Itulah balasannya jika mendustakan nabi yang telah menunjukkan jalan kebenaran.
Mengenai azab yang diturunkan Allah kepada kaum Madyan telah diabadikan dalam Al Qur'an sural Huud ayat 94.
Nabi Syu'aib dan pengikutnya yang beriman terlepas dari bencana siksa Allah itu karena sebelumnya sudah disuruh Allah mengungsi. Demikianlah kisah nabi Syu'aib yang telah berjuang untuk menegakkan ajaran kebenaran.
Artinya:
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat Kami, dan orang-orang itu zalim dibinasakah oleh satu suara yang mengguntur. Lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. (Huud: 94)
Nabi Syu'aib dan pengikutnya yang beriman terlepas dari bencana siksa Allah itu karena sebelumnya sudah disuruh Allah mengungsi. Demikianlah kisah nabi Syu'aib yang telah berjuang untuk menegakkan ajaran kebenaran.