Kisah, Cerita, dan Sejarah Nabi Nuh AS - "Lihat kawan-kawan. Nabi Nuh telah berubah akalnya dan rupanya ia pandai bertukang. Namun dimanakah ia akan berlayar, sementara ia membuat perahu di gunung dan tidak pada musim penghujan. Ada-ada saja akal Nuh untuk mengelabuhi kita, ejek beberapa orang yang kebetulan lewat dan melihat kegiatan nabi Nuh.
"Sekarang kalian boleh menghinaku, namun setelah bahtera ku selesai, kalian akan tahu kebenaran yang kukatakan," kata nabi Nuh dalam hati. Melihat hal demikian, maka orang-orang kafir yang lewat dan mentertawakannya semakin berbuat nekat dengan mendekati nabi Nuh dan bertanya bernada mengejek.
" Hai Nuh, ternyata kamu dapat membuat kapal hanya dengan menggunakan peralatan seperti ini, "kata orang-orang kafir dengan nada mengejek.
" Bukankah aku diberi akal oleh Allah, dan bukankah aku merupakan pesuruh-Nya. Jadi tidak ada halangan bagi Allah jika menginginkan sesuatu. Begitu pula dengan pembuatan kapalku ini, "kata nabi Nuh dengan nada menjelaskan dan berdakwah. Orang kafir yang bertanya tadi seraya berpikir, mengapa aku tidak mendapatkan akal seperti Nuh. Peralatan yang dipakai untuk membuat kapal hanyalah terdiri dari peralatan sehari-hari berupa parang dan lain-lain.
Meskipun orang tersebut dalam hatinya membenarkan ucapan nabi Nuh, namun ia tidak mau mengakui kepandaian yang dimiliki nabi Nuh. Kepandaian berbicara dan kepandaiannya dalam pembuatan kapal adalah karomah dari Allah.
" Mengapa kamu tidak membuat kapal di tepi lautan saja, agar bisa dilayarkan jika selesai. Dasar pemikiranmu tidak lebih dari kami. Atau mungkin kamu sudah sinting, "kata orang-orang kafir yang kebetulan berkerumun setelah mendengar percakapan temannya dengan nabi Nuh. Mereka tetap menghina nabi Nuh dengan ucapan-ucapan yang menyakitkan. Namun nabi Nuh menjawab dengan tenang:
" Tuhanku menyuruh membuat kapal disini. Jadi tidak heran jika selesai pembuatan kapal ini Dia menurunkan hujan dan banjir sehingga dataran ttnggi terlelap oleh air. Tuhan memang Maha Kuasa. Mengapa kalian tidak berpikir seperti itu. Apakah pikiran kalian selama ini hanya memikirkan harta saja, sehingga seruanku tidak kau gubris sama sekali, "kata nabi Nuh yang berusaha meyakinkan orang-orang kafir.
" Mana ada Tuhan yang kau puji itu akan menurunkan hujan dan mana mungkin dataran tinggi ini akan tergenang air. Kau kini betul-betul sudah gila, "ucap beberapa orang kafir seraya pergi begitu saja setelah mengejek nabi Nuh. Nabi Nuh hanya menggelengkan kepala setelah mengetahui keadaan orang-orang kafir itu.
Setelah beberapa bulan lamanya, barulah kapal yang dibuat nabi Nuh dan pengikutnya serta dibantu oleh beberapa malaikat itu selesai. Nabi Nuh menyerukan pada kaumnya yang sudah beriman untuk naik ke dalamnya.
Beliau juga tidak lupa untuk membawa masing-masing binatang yang berpasangan serta tumbuh-tumbuhan yang dapat diambil buahnya.
Di sela-sela kesibukan menyuruh kaumnya dan keluarganya untuk masuk ke dalam kapal, beliau melihat orang kafir menuju ke arahnya. Namun tinggal beberapa jengkal dari kapal, Allah memisahkan nabi Nuh dengan orang-orang kafir dengan didatangkan-Nya angin yang menerbangkan pasir sehingga menurutupi mata mereka.
Setelah semua sudah berada di dalam kapal nabi Nuh turun dan lari ke tengah-tengah kerumunan masyarakat serta berkata, "Kini azab yang dijanjikan Allah telah datang. Lihatlah awan hitam yang datang dari arah timur dan bergulung-gulung itu. Sungguh benar janji Allah, "kata nabi Nuh seraya menunjukkan awan hitam yang mulai datang. Kemudian beliau melihat anaknya yang bernama Kan'an berada ditengah-tengah orang kafir. Nabi Nuh mengajaknya untuk naik ke dalam kapal agar terhindar dari azab Allah. Nanun Kan'an menolak ajakan ayahnya.
" Wahai bapakku, aku tidak akan naik ke dalam kapalmu. Aku khawatir kapalmu itu akan tenggelam. Dan mana mungkin azab yang engkau katakan itu datang. Awan hitam itu pertanda datangnya musim penghujan. Jika engkau mau pergi, maka pergi dan tinggalkan aku dengan kawan-kawanku, "kata Kan'an yang diikuti ucapan sorak sorai kawan-kawannya. Nabi Nuh yang berjarak agak jauh dengan mereka berusaha untuk membujuk sambil mendekati. Namun ternyata angin topan datang bersama hujan dan menerbangkan mereka.
Setelah nabi Nuh berada di dalam kapal Tuhan menurunkan hujan yang lebat. Hujan ini disertai angin topan sehingga dalam waktu singkat perahu (kapal) nya sudah terapung dipermukaan air. Orang-orang kafir berlarian menuju kedataran yang lebih tinggi namun air tetap mengejarnya. Sementera orang-orang yang beriman dan berada di dalam kapal selalu mengucapkan tahmid dan takbir.
Karena hujan tidak berhenti hingga beberapa hari, tambah dengan angin topan serta keluarnya sumber air dari dalam bumi maka dalam waktu singkat semua permukaan bumi menjadi lautan yang luas. Kapal yang ditumpangi nabi Nuh bertambah hari bergerak mengikuti arah angin dan arus air.
Karena nabi Nuh dan pengikutnya berada dalam kebenaran, maka topan yang merupakan azab Allah tidak menggoyahkannya sama sekali. Hal ini disebabkan Allah tidak menginginkan kapal itu karam dan tenggelam. Sementera itu orang-orang kafir naik ke puncak gunung. Namun air selalu mengikutinya sehingga banyak pula yang tenggelam akibat tidak bisa berenang dan karena hantaman topan.
Setelah mereka berada di atas puncak gunung, barulah sadar akan perbuatannya selama ini. Mereka saling menyalahkan antara satu dengan satunya :" Mengapa kita tidak menuruli ajakan Nuh. Ya Tuhan lindungilah kami dan surutkanlah air ini, "kata kaum kafir seraya menengadakan tangannya ke atas. Namun penyesalan mereka saat itu tidak berguna. Permohonannya tidak dikabulkan oleh Allah, sehingga mereka termasuk orang yang merugi.
Namun diantara sekian orang yang tersisa tidak mau menerima kenyataan yang ada. Bahkan mereka menyesal perbuatan nabi Nuh yang telah menghina tuhannya. Mereka mengira dengan adanya penghinaan yang dilakukan oleh nabi Nuh mengakibatkan murkanya berhala yang disembah.
" Tuhan-tuhan yang kita sembah kini sedang murka. Sebab semua ini ulah Nuh. Jika tahu kejadiannya seperti ini aku tak akan membiarkan Nuh hidup lebih lama, "kata pemimpin kaum kafir yang masih tetap dengan pendiriannya.
Namun perbincangan mereka hanya sesaat saja, sebab air yang merupakan azab Allah selalu mengejarnya sehingga mereka kebingungan untuk mencari tempat yang lebih tinggi lagi. Pasangnya air yang begitu cepat dikarenakan adanya angin topan dan gelombang yang datangnya bersamaan.
Mengenai terjadinya peristiwa ini Allah mengabadikan dalam Al Qur'an surat Hud ayat 40, yang artinya :
" Hingga perintah Kami datang dapur mengeluarkan air, Kami berfirman : Muatkanlah ke dalam perahu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang-orang yang telah terdahulu keretapan terhadapnya (muatkan pula) orang-orang yang beriman. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh hanya sedikit".
Tak jauh dari kapalnya nabi Nuh melihat anaknya Kan'an bersusah payah menaiki puncak gunung. Nuh memanggil anaknya dengan tujuan agar iku bersama orang-orang beriman di dalam kapalnya. Beliau tidak tega melihat kesengsaraan Kan'an sebab semua saudaranya yang bernama Sam, Ham dan Jafits sudah dalam kapalnya.
" Wahai Kan'an anakku, ikutlah bersama kami, dan naiklah engkau. Sebab air ini merupakan azab yang tidak mungkin akan surut sebelum semua orang kafir tenggelam. Lihatlah, semua saudaramu sudah berada di atas kapal. "teriak nabi Nuh disela-sela gelombang besar. Beliau berusaha untuk mendekati anaknya, namun gelombang tersebut membatasi keduanya.
" Aku akan mencari perlindungan di atas puncak gunung yang dapat memelihara aku dari kejaran air ini. Aku tidak mau ikut bersama kalian. Apalah artinya kapalmu yang sekecil itu dibandingkan gunung ini. Lihatlah betapa tegarnya gunung yang akan memelihara keselamatanku, "kata Kan'an yang timbul tenggelam suaranya ditelan gelombang. Meskipun demikian nabi Nuh mendengarnya juga.
" Wahai anakku, dengarkanlah aku. Tidak ada yang dapat melindungimu dari siksa yang diturunkan oleh Allah hari ini. Kecuali Tuhan yang aku sembah. Dia Maha Pengampun, maka mintalah ampunan pada-Nya,
"kata nabi Nuh yang masih berusaha meyakinkan anaknya. Namun belum sempat anaknya menjawab ucapan ayahnya, datanglah gelombang yang lebih besar dari sebelumnya sehingga memisahkan keduanya. Nabi Nuh melihat anaknya terhantam gelombang dan terseret dengan tangan menggapai-gapai ke atas. Namun nabi Nuh tidak kuasa untuk menolongnya, akhirnya sama sekali tidak kelihatan lagi anaknya, tenggelam.
Beliau sangat menyesali perbuatan anaknya yang telah menentang ajarannya. Karena sikap anaknya seperti itu, maka kaum kafir tidak menghiraukan ajarannya sama sekali. Beliau juga menyesal mengapa anaknya tidak ikut bersama di dalam kapal.
" Ya Tuhan, mengapa Kau pisahkan aku dengan anakku. Sedangkan ia termasuk dalam keluargaku, "gumam nabi Nuh sendirian, dan kelihatan wajahnya penuh penyesalan. Kemudian belian menengadahkan wajah dan tangannya, untuk menyeru pada Tuhan. Seruan ini telah diterangkan dalam Al Qur'an surat Hud ayat 45 yaitu :
Artinya:
" Dan nabi Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya, Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk dalam keluargaku, dan sungguh janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya" (Hud: 45)
Setelah mendengarkan seruan nabi Nuh yang bernada penyesalan, maka Allah pun berfirman agar penyesalan nabi Nuh tidak berkepanjangan. Firman ini dapat dijumpai dalam Al Qur'an surat Hud ayat 46 yang artinya :
" Allah berfirman : "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah keluargamu (yang dijanjikan akan keselamatan), sesungguhnya (perbuatannya) adalah perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan". (Hud: 46)
Setelah mendapat teguran dari Allah seperti itu, maka nabi Nuh bersujud meminta ampun. Sebab beliau mengira bahwa anaknya termasuk dalam keluarganya sehingga ia memohonkan perlindungan kepada Allah. Namun keluarga yang dimaksud oleh Allah disini adalah orang-orang yang mengikuti ajaran dan yang takut dengan siksa serta menjauhi larangan Allah.
Demikianlah banjir yang disertai topan menenggelamkan kaum Nuh dalam waktu singkat. Tuhan Maha Kuasa. Artinya kuasa segala-galanya. Hanya dalam beberapa waktu saja Dia mampu menenggelamkan umat Nuh yang kafir. Menurut riwayat banjir yang merupakan azab Allah itu selama enam bulan. Dalam waktu yang demikian nabi Nuh dan pengikutnya berada di atas kapal dan dalam waktu itu semua daratan yang ada di muka bumi tenggelam sehingga bisa dibayangkan sunyinya dunia waktu itu.
Setelah semua kaum kafir tenggelam, dan nabi Nuh merasa lama berada di dalam kapal, maka beliau berdoa pada Allah.
" Ya Allah yang menjadikan langit dan bumi, aku mohon kepada-Mu agar hendaknya air ini disurutkan sehingga orang-orang beriman dapat melakukan tugasnya dan mengembangbiakkan keturunannya, " doa nabi Nuh kepada Allah dengan segenap hati sehingga tidak terasa air matanya meleleh dipipi. Tuhan Maha Mendengar dan Mengetahui. Begitu mendengar doa yang dipanjatkan nabi Nuh, maka Allahpun menyuruh bumi untuk menelan kembali airnya. Hal ini diabadikan dalam Al Qur'an surat Hud ayat 44, yaitu :
Artinya :
" Dan Allah berfirman : "Hai bumi, telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah, dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Jud dan dikatakan : "binasalah orang-orang zalim". (Hud: 44)
Karena Allah menyuruh bumi untuk menelan airnya kembali, maka dalam waktu singkat air pun surut dan hujan pun berhenti. Sehingga nabi Nuh dan pengikutnya yang beriman dapat menginjakkan kakinya di daratan kembali.
Bila menurut Al Qur'an surat di atas, maka dapat diketahui bahwa nabi Nuh dan pengikutnya terdampar di atas sebuah bukit yaitu Al Judi/Armin. Bukit ini terletak di sebelah selatan Armenia dan berbatasan dengan Mesopotamia.
Dari pengikutnya yang telah beriman kepada Allah, maka menurunkan kaum Ad sedangkan putra-putra nabi Nuh menurunkan bangsa Eropa, dan bangsa Mongolia.
Dari kisah nabi Nuh dapat kita jadikan gambaran bagaimana Allah menurunkan azabnya yang begitu dahsyat kepada kaum kafir.