Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Yakub AS - Nabi Ya'kub memperisterikan dua bersaudara yakni Laya dan Rahil. Hal ini masih belum ada larangan dari Allah sebagaimana sekarang. Sebab waktu itu kemungkinan belum turun firman-Nya seperti yang tertera dalam surat An Nisaa' ayat 23 :
Menilik firman tersebut di atas jelaslah bagi kita bahwa sebelum diturunkannya maka perkawinan dua saudara tidak menjadi masalah. Namun setelah turunnya ayat itu berarti kita tidak boleh melanggarnya. Dan dalam ayat tersebut menerangkan bahwa sebelum turunnya ayat ini nabi Ya'kub diperbolehkan untuk mengawini dua saudara.
2. Nabi Yakub dan Raja Saljam
Daerah yang dikuasai oleh nabi Ya'kub masih termasuk dalam wilayah raja Saljam. Raja ini sangat sombong. la tidak akan mengakui terhadap rakyat yang mendiami suatu daerah tanpa sepengetahuannya.
Karena nabi Ya'kub dikaruniai banyak anak, sehingga melahirkan keturunan yang banyak pula. Kampung tempat tinggalnya penuh dengan penduduk yang menyembah Allah.. Selain itu hampir 75% penduduk itu masih mempunyai tali persaudaraan dengan nabi Ya'kub.
Karena daerahnya yang subur, semua penduduk yang menempatinya tidak pernah merasa kekurangan suatu apapun. Semakin lama, daerah itu semakin ramai dikunjungi pedagang yang datang dari luar wilayah tersebut.
Karena keramaiannya ini sehingga kampung itu berubah menjadi pusat perhatian kaum pedagang. Dengan sendirinya kampung itu menjadi bahan perbincangan antara pedagang yang menjual barangnya ke kota raja.
Dari mulut ke mulut akhimya berita itu sampai pada raja Saljam. la sangat marah sebab daerah itu masih dalam kekuasaannya, namun tidak pernah mengirim upeti sedikitpun. Sehingga timbul niatnya untuk mengambil daerah itu dan membinasakan penduduknya.
Karena mendengar kabar daerah itu semakin ramai, akhirnya raja Saljam dan pengikutnya memutuskan untuk melihat sendiri ke sana. la sangat tercengah dan kagum begitu menginjakkan kakinya di daerah itu. Sebab rumah yang ada di sana sudah mewah, dan lahan pertanian sangat subur.
Ia juga merasa heran begitu melihat penduduk setempat acuh tak acuh pada dirinya. Dalam hatinya timbullah pertanyaan. Siapa penduduk yang menghuni daerah itu.
Karena merasa direndahkan oleh penduduk setempat akhirnya raja Saljam bertanya pada orang-orang yang kebetulan lewat didepannya.
" Wahai kisanak, siapakah yang menyuruh kalian tinggal di daerah ini. Kalian tidak bisa hidup disini seenaknya jika tidak kuizinkan, "kata raja Saljam dengan sombongnya.
Karena pertanyaannya tidak dijawab sama sekali akhirnya raja itu meneruskan perjalanan sehingga sampai di depan rumah nabi Ya'kub. Kebetulan nabi Ya'kub berada di depan rumah untuk menjemur gandum yang baru saja dipanen.
" Wahai orang tua, siapakah yang mengijinkan kalian bertempat tinggal disini ! "tanya raja itu dengan sombongnya dan tidak mau turun dari kudanya.
" Aku bertempat tinggal disini dengan anak cucuku. Dan yang mengijinkan untuk tinggal disini adalah Allah Tuhanku, "jawab nabi Ya'kub dengan suara datar. Jelas sekali bahwa nabi Ya'kub tidak gentar dengan kedatangan raja beserta pasukannya.
" Siapa engkau yang berani menempati daerah ini tanpa seijinku," tanya raja Saljam dengan membentak.
" Ketahuilah aku bernama Ya'kub. Aku adalah putra Ishaq dan cucu Ibrahim, "kata nabi Ya'kub memberi keterangan.
" Siapa yang menjadi pemimpin penduduk di sini ? "tanya raja Saljam setengah membentak.
" Akulah pemimpin penduduk sini. Dan aku juga yang mengajak mereka untuk menyembah Allah, "jawab nabi Ya'kub dengan tenang.
" Jika benar engkau pemimpinnya, mengapa tidak mengirim upeti kepadaku ? "tanya raja Saljam sejurus kemudian. la berusaha menekan nabi Ya'kub dengan kata-kata yang agak menusuk perasaan agar beliau cepat meninggalkan daerah itu. Jika hal itu terjadi maka raja yang tamak dan sombong itu akan menguasainya.
" Aku akan membayar upeti dan mengakui kau sebagai raja, jika kau mau mengikuti ajaranku. Jika tidak mau mengikuti ajaranku, maka aku tidak akan memberi upeti sepeserpun, "jawab nabi Ya'kub.
Demi mendengar jawaban yang demikian itu tersentak kaget, karena disuruh mengikuti ajarannya. Sedangkan dia sendiri raja yang harus dipatuhi.
" Beraninya kau mengatakan hal itu kepadaku. Apakah kau tidak melihat pasukan perangku ? "kata raja Saljam berusaha menakuti nabi Ya'kub dengan menunjuk pasukan yang ada di sekitarnya.
Nabi Ya'kub yang yakin akan kekuatannya dengan bantuan Allah niscaya mampu mengalahkan pasukan raja Saljam.
" Jika kau dan pasukanmu tidak mengikuti ajaranku niscaya aku akan menghancurkan kalian! "nabi Ya'kub balik mengancam raja Saljam.
Mendengar ucapan itu raja Saljam sangat tersinggung. la berusaha menenangkan hatinya dalam menghadapi nabi Ya'kub. la menganggap nabi Ya'kub telah gila. Sebab berani berkata demikian pada raja.
Karena orang tua itu (Ya'kub) tidak mau mengalah dan tetap pada pendiriannya. akhirnya raja itu pergi meninggalkan mereka. Namun sebelumnya ia mengancam akan memerangi keluarga Ya'kub sekaligus menghancurkan penduduk setempat.
3. Perang Sabil
Raja sangat geram. la selalu marah-marah di perjalanan kembali ke istana. Di dalam istana kemarahannya ditumpahkan pada seluruh keluarganya. Raja Saljam tahu daerah yang ditempati nabi Ya'kub itu merupakan daerah subur. Sebab ia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Ketika malam tiba, raja Saljam sulit memejamkan matanya. Kejadian di tempat nabi Ya'kub sangat mengganggu pikirannya. Kemudian timbullah pikiran untuk memerangi penduduk yang menghuni daerah tersebut. Keesokan harinya rencana itu dibicarakan dengan pembesar-pembesar istana.
Setelah mendapatkan kata mufakat, raja Saljam menyuruh bawahannya untuk membangun sebuah benteng di dekat daerah yang subur itu. Tujuan pembangunan itu ialah untuk mempersiapkan perang dengan penduduk setempat.
Para pekerja pun mengerjakan benteng itu sesuai dengan perintah atasannya. Daun pintunya terbuat dari besi. Sedangkan dindingnya mencapai ketinggian yang sulit dijangkau orang.
Masyarakat setempat juga mengetahui tujuan pembangunan benteng itu. Nabi Ya'kub diam-diam mengumpulkan anak cucunya untuk diajak berunding. Mereka dilatih perang dengan menggunakan pedang dan tombak.
Akhirnya bangunan benteng itu selesai dan pasukan perang segera dikirim ke sana. Sebelum berperang raja Saljam mengadakan perundingan yang isinya mengajak nabi Ya'kub beserta penduduk setempat memberikan upeti dan tunduk kepadanya
"Wahai Ya'kub, kini bentengku sudah ada di depan matamu, dan ribuan pasukan telah ada di dalamnya. Mereka tinggal menunggu perintah saja, "kata Saljam dari kejauhan.
" Meskipun kau kerahkan ribuan pasukan, kami tidak akan membayar upeti dan tunduk kepadamu. Ketahuilah aku adalah seorang Rasul yang diutus Allah mengajak kalian pada jalan kebenaran ! "teriak nabi Ya'kub.
" Apakah kau tidak takut dengan serangan pasukanku. Sedangkan kaummu itu tidak sampai puluhan dan tidak pernah belajar perang. Apakah kau tidak kasihan mereka mati sia-sia ? kata Raja Saljam.
" Kami tidak akan takut sejengkalpun, sebab kami berada dalam kebenaran. Bagi kami mati dalam peperangan ini adalah mati membela kebenaran, "kata nabi Ya'kub yang tidak kalah sengitnya.
Karena kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah, akhirnya peperangan berkobar. Meskipun demikian pihak nabi Ya'kub tidak ada yang terluka. Sebab hal ini sudah dilindungi oleh Allah.
Sedikit demi sedikit pasukan kerajaan itu bergelimpangan terkena sabetan pedang pihak nabi Ya'kub. Akhirnya mereka yang tersisa dan terluka berlari masuk ke dalam benteng lagi. Melihat hal ini pasukan jihad yang dipimpin nabi Ya'kub mengejar namun mereka terhalang oleh pintu benteng.
Karena pasukan jihad nabi Ya'kub berada di luar dengan cara mengepung benteng, membuat pasukan raja yang ada di dalam mengunci pintu benteng itu sambil terjaga-jaga dari dalam. Melihat hal ini, pasukan jihad nabi Ayub semakin panas dan berusaha untuk memasuki benteng dengan mengucapkan "Allahu Akbar".
Akhirnya putra nabi Ya'kub yang bernama Syam'un berkata pada ayahnya.
"Wahai ayah, ijinkan dan doakan saya untuk membuka benteng itu! "kata Syam'un kepada ayahnya. Kemudian ayahnya mengijinkan anaknya itu
Setelah itu pergilah Syam'un ke depan pintu benteng. Setibanya di sana ia membaca do'a dan memohon pada Allah
" Ya Allah, berilah kekuatan bagi kami, izinkan saya untuk membuka pintu ini dan memerangi musuh-musuh-Mu yang ada di dalamnya. Berikan kemenangan bagi kami ! "Syam'un mengangkat tangannya. Kemudian ia usapkan tangannya pada mukanya. Setelah itu pergilah ke pintu dan meraba-rabanya.
Sambil membaca basmalah ia dorong pintu itu dengan sekuat tenaga. Allah mengijinkan dan mengabulkan do'a Syam'un. Pintu itupun terbuka dan jebol. Dengan mudah pasukan yang ada di belakangnya tertindih dan mati.
Setelah itu masuklah pasukan jihad yang dipimpin oleh nabi Ya'kub dengan suara gegap gempita disertai teriakan Allahu Akbar. Akhirnya pasukan raja Saljam tewas dan tidak ada lagi yang hidup.
Demikianlah akhir dari perang itu. Meskipun pasukan nabi Ya'kub hanya berjumlah sedikit mampu mengalahkan pasukan raja yang sangat banyak dan tidak sebanding. Hal ini disebabkan pasukan nabi Ya'kub berkeyakinan bahwa Allah akan membantu mereka sebab perang itu melawan kejahatan.
Setelah perang usai dan raja dapat dikalahkah, nabi Ya'kub pun meninggalkan perkampungannya. la pergi ke negeri orang tuanya yakni Palestina untuk menemui ibunya. Meskipun demikian nabi Ya'kub tidak berani berjalan di siang hari sebab masih takut dengan ancaman kakaknya Ish. Pada malam hari ia mengadakan perjalanan dan disiang hari digunakan untuk istirahat.
Nabi Ya'kub meninggal pada usia 147 tahun di negeri Mesir. Namun sebelumnya sempat hidup bersama anaknya Yusuf yang menjadi nabi dan pemimpin rakyat Mesir. Dari nabi Ya'kublah berkembang biak nabi dan pemimpin secara turun temurun di negeri itu.