Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Shalih AS - Nabi Shalih masih keturunan nabi Nuh AS. la diperingatkan Allah untuk menegakkan kebenaran pada kaum Tsamud. Kaum ini masih ada darah keturunan dari nabi Nuh. Hal ini dapat dilihat dari silsilah kedua saudara itu seperti berikut:
Shalih bin Abid bin Asief bin Masyid bin Hadzir bin Tsamud bin Shalih bin Arfahsyad bin Sam bin Nuh.
Tsamud bin 'Ad bin Irma bin Shalih bin Arfahsyad bin Sam bin Nuh.
Kaum Tsamud menempati daerah yang dulunya pernah didiami kaum 'Ad. Sesudah azab Allah diturunkan pada kaum Ad maka daerah itu menjadi sunyi dan lengang. Kemudian Allah menurunkan manusia di daerah tersebut yang akhirnya berkembang menjadi kaum Tsamud. Negeri bekas tempat tinggal kaum 'Ad itu ditata kembali oleh kaum Tsamud sehingga menjadi lebih baik. Begitu pula lahan pertaniannya. Mereka mengolah tanah yang subur itu sehingga menjadi sumber penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Boleh dikatakan semua penduduk (kaum Tsamud) tidak kekurangan suatu apapun, gemah ripa lo jinawi. Semua kebutuhan dapat dibeli sehingga kehidupannya makmur. Namun akhlak yang dimiliki kaum ini menyimpang jauh dari ajaran kebenaran.
Dari sinilah akhirnya Allah mengutus nabi Shalih guna membenahi akhlak kaum Tsamud. Sebab mereka tidak lagi menyembah Allah melainkan berhala-berhala yang dibuatnya sendiri. Dari kekayaannya mereka senang menumpuk harta yang tidak berguna. Dan mereka enggan menolong si miskin.
Mereka juga membeli budak sebanyak-banyaknya dan memberi upah yang tidak sesuai dengan jerih payahnya. Mereka senang jika melihat orang lain menderita
1. Kehidupan Kaum Tsamud
Sudah diterangkan di atas bahwa kaum Tsamud lebih suka berbuat kemaksiatan dan kerusakan di muka bumi. Mereka lebih senang melihat orang lain menderita. Hal ini disebabkan akal pikiran dan hati mereka telah dirasuki iblis.
Mereka selalu menuruti hawa nafsunya, dan menganggap semua kenikmatan yang ada di dunia ini dapat dibeli. Itulah kelakuan kaum Tsamud. Mereka beranggapan bahwa kemewahan di dunia ini tidak akan berakhir.
Mereka membuat patung dan disembahnya sendiri. Dari patung itu mereka meminta pertolongan dan memjnta berkah agar kehidupannya senantiasa tidak kekurangan. Mereka lebih mencintai berhala-berhala itu daripada mencintai dirinya. Sebab mereka menganggap berhala tersebut dapat mencelakakan dan menyelamatkan. Padahal semua yang didapatnya adalah berkah Allah semata. Allah tengah menguji keimanan kaum Tsamud dengan dilimpahkan-Nya kenikmatan di dunia. Dan benar saja, mereka terlena dalam buaian kenikmatan itu.
Karena semua tanaman yang mereka taman selalu mengeluarkan buahnya, sehingga membuat kehidupan kaum Tsamud serba kecukupan. Meskipun demikian mereka lebih suka tinggal di lereng-lereng atau perbukitan.
Batu-batu yang besar. dipotongi dan didesain sedemikian rupa sehingga terbentuklah tempat tinggal yang aman dan tenteram. Mereka pandai sekali membuat rumah dari batu besar dan pandai juga membuat patung.
Mengenai tempat tinggal kaum Tsamud ini Tuhan telah mengabadikan dalam Al Qur'an surat Al Hijr ayat 82 yang berbunyi:
Artinya: " Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman". (Al Hijr: 82)
Namun beberapa riwayat mengatakan bahwa kaum Tsamud bukan tinggal diperbukitan melainkan di sebuah kota yaitu Al Hijr. Tempat ini diperkirakan terletak di Wadi Qura (antara Madinah dan Syiria).
2. Sesembahan Kaum Tsamud
Seperti halnya kaum terdahulu yang kafir, maka kaum ini juga mempunyai sesembahan yang dianggap sebagai tuhannya. Namun mereka tidak mengetahui bahwa Tuhan yang dapat menolong dan membantu kesulitannya bukanlah berhala melainkan Tuhan Allah.
Di antara sesembahan kaum Tsamud yang paling dipuja-puja ialah : Wad, Jad, Syams, Manaf, Manaat, Allata.
Tuhan-tuhan itu diciptakannya sendiri kemudian mereka juga yang menyembahnya. Sungguh mereka tidak berakal. Mereka meminta bantuan dan pertolongan dari tuhan Wad dan lainnya. Tentu saja pertolongan itu tidak terkabul sebab patung merupakan benda mati.
Jika usaha mereka lancar, maka mereka mengadakan acara penyembahan dengan menggunakan makanan dan ditaruh di depan berhala-berhala itu. Begitu pula sebaliknya. Jika usah mereka agak seret mereka juga mengadakan acara penyembahan. Namun penyembahan kali ini tidak sama dengan penyembahan terdahulu. Sebab yang dipersembahkan bukanlah makanan namun permintaan saja dan didahului dengan memberikan taburan kembang.
Mereka tidak lagi mengenal Allah sebagai pencipta seluruh makhluk sebab hati mereka telah tertutup dengan harta yang melimpah. Selain itu iblis juga membisikan agar menjauhi tuntunan agama dan selalu menyembah berhala. Iblis sudah menyesatkan mereka.
Karena akhlak yang sudah rusak seperti ini maka Allah mengutus seorang nabi agar membenahinya. Nabi itu masih ada ikatan tali persaudaraan dengan kaum Tsamud. Meskipun demikian beliau tidak pernah pergi menghadap berhala sejak kecil.
Shalih, begitulah nama nabi yang telah dipilih Allah dan diutus untuk menegakkan kebenaran dan membenahi akhlak kaum Tsamud. Pengutusan nabi Shalih diperkuat dengan firman Allah dalam Surat Al A'rof ayat 73 yang berbunyi:
" Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka yaitu Shalih. la berkata : "Hai kaumku, Sembahlah Allah sekali-kali tidak ada Tuhan melainkan Allah. Sesungguhnya telah datang buktiku yang nyata dari Tuhanmu. Unta betina ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kalian mengganggu-nya dengan gangguan apapun, maka kaum (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang lebih pedih".
Setelah Shalih diangkat menjadi nabi dan rasul, maka beliau tidak lagi berdakwah secara diam-diam (sembunyi-sembunyi). Namun kali ini ia menggebrak langsung kepada kaumnya. Hal ini dapat dirasakan kaum Tsamud.
3. Seruan Nabi Shalih Kepada Kaum Tsamud
Setelah Allah mengangkatnya menjadi seorang nabi dan rasul, maka tanpa sembunyi-sembunyi lagi beliau berdakwah. Dengan gebrakan yang terang-terangan nabi Shalih mengajak semua umat (kaum) Tsamud untuk meninggalkan kebiasaan buruk yang telah dilakukan selama ini.
Nabi Shalih selalu menyeru agar kaum Tsamud segera menghentikan penyembahannya pada berhala-berhala. Namun hanya sebagian masyarakat yang mengakui kenabiannya. Nabi Shalih tidak mengenal putus asa di dalam berjuang. Beliau sangat membenci dengan kehidupan kaumnya. Sebab kenikmatan dunia yang diberikan Allah kepada kaumnya tidak disyukuri bahkan dikufuri. Hal inilah yang membuat nabi Shalih bertekad untuk mengubah dan merombak akhlak bejat itu.
Di setiap malam nabi Shalih selalu bersujud dan memohon kepada Allah agar pintu hati kaumnya dibuka sehingga dapat menerima ajarannya. Di siang hari beliau banyak memikirkan kaumnya. Sebab beliau telah membaca kitab yang menceritakan bagaimana kehidupan suatu umat sebelum kaumnya dan bagaimana azab yang ditimpakan Allah kepada kaum tersebut.
Setelah ia bertekad merombak kehidupan kaumnya maka pergilah pada altar pemujaan. Sebagaimana yang telah dilakukan kaum Tsamud. Tujuannya bukan untuk meminta berkah dari berhala namun ingin melihat sampai dimana kerusakan akhlak kaumnya.
" Wahai berhala, patung yang tidak bisa mendengar dan melihat. Mengapakah kaumku sampai menyembahmu, sedangkan kau tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong mereka, "kata nabi Shalih setelah berada di hadapan berhala itu. Namun batu itu tidak menoleh atau melirik. Bahkan batu itu tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya.
" Sungguh bodoh kaum Tsamud yang telah mengaku dirinya pintar. Batu yang tidak dapat berbuat apa-apa ini tidak bisa menjawab semua pertanyaanku. Namun mengapa kaum Tsamud sampai menyembahnya, "gumam nabi Shalih sendirian di dalam altar pemujaan. Beliau tersenyum kecut sebab melihat kejadian yang tidak masuk akal sama sekali. Mana ada batu yang ada di altar itu mampu menolong mereka (kaum Tsamud), pikir nabi Shalih.
Nabi Shalih keluar dari altar pemujaan dan menuju sebuah tepat. Tempat itu mempunyai ukuran ruangan luas. Tidak lain ialah rumah pemimpin kaum Tsamud sehingga tidak heran jika ruangan seluas itu ditata sedemikian rupa. Sebab berguna untuk tempat pertemuan.
"Permisi .... bolehkan aku masuk ? "kata nabi Shalih mengucapkan salam kepada pemilik rumah. Tidak lama kemudian terdengar sahutan salam dari dalam dengan diiringi langkah kaki.
Oh, kamu Shalih, silahkan masuk, "kata pemilik rumah setelah mengetahui siapa tamunya. Nabi Shalipun mengikuti pemilik rumah untuk masuk lebih ke dalam.
" Ada keperluan apa sehingga kamu datang kemari, "tanya pemilik rumah yang tidak lain pemimpin kaum Tsamud itu. Nabi Shalih menerangkan bagaimana ia tadi masuk ke dalam altar penyembahan dan meminta pertolongan berhala. Namun berhala itu tidak memberi jawaban sedikitpun sehingga membuat kecewa hatinya. Selain itu ia juga menjelaskan bahwa tuhan yang disembah kaum Tsamud itu sudah selayaknya dimusnahkan dan dibuang jauh-]auh.
" Mengapa kamu sampai berkata begitu, apakah kamu sudah menemukan Tuhanmu, sehingga kamu tidak lagi menghormati warisan leluhur, "tanya pemimpin kaum Tsamud. Dengan tenang nabi Shalih menjawab dan menjelaskan bahwa Allah-lah yang patut disembah dan dipuja.
…….Untuk melanjutkan membaca silahkan kunjungi “ Kisah Nabi Shalih AS bag. Kedua ”