Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Shalih AS - " Saudaraku, sesungguhnya aku adalah pesuruh Allah untuk membenahi akhlak kalian yang telah rusak. Dan mengharapkan pada kalian agar tidak menyembah patung batu itu melainkan menyembah pada Allah yang menguasai jagad ini, "ujar nabi Shalih dengan penuh harapan. Tampak pemimpin kaum Tsamud mengerutkan keningnya, sedang berpikir, merenungkan ucapan nabi Shalih tadi.
" Shalih, benarkah ucapanmu itu. Jika memang demikian berarti kita tidak lagi menghormati sesembahan nenek moyang kita, " tanya pemimpin kaum Tsamud dengan suara rendah.
Setelah tuan rumah mengetahui maksud nabi Shalih, maka hari itu juga ia pergi untuk mengumpulkan segenap masyarakat guna mendengarkan pembicaraan nabi Shalih.
Namun pembicaraan itu ditunda sebab semua (kebanyakan) dari yang hadir tidak sampai memenuhi undangan tuan rumah. Meskipun demikian ia mengharapkan kedatangan nabi Shalih di hari mendatang.
Nabi Shalih tetap meminta agar semua penduduk (masyarakat) mau mendengarkan dakwahnya. Sebab hal ini untuk kebaikan semua kaum Tsamud. Demikianlah awal mula nabi Shalih memulai dakwahnya.
4. Dialog Nabi Shalih Dengan Kaum Tsamud
Setelah beberapa hari beliau bertandang ke rumah pemimpin kaum Tsamud, maka hari itu juga dipastikan kapan waktunya untuk berdialog membahas ke-Tuhanan. Sebab menurut nabi Shalih tuhan Wad dan lainnya tidak pantas disembah dan dipuja. Karena tuhan-tuhan itu tidak dapat memberikan apa yang diminta oleh kaum Tsamud.
Namun menurut pendapat beberapa kaum Tsamud, tuhan-tuhannya harus tetap disembah. Sebab mereka takut mendapatkan bencana akibat perbuatannya kepada tuhan Wad dan lainnya.
Hari itu semua penduduk sudah berkumpul di suatu tanah lapang guna mendengarkan ajaran yang dibawa nabi Shalih. Kemudian naiklah ke mimbar beberapa orang kaum Tsamud yang kelihatannya agak pandai dari lainnya. Setelah itu naik pula nabi Shalih dengan didahului salam " Wahai Shalih, pemimpin kami mengatakan bahwa kamu telah melarang kami untuk menyembah tuhan-tuhan yang telah diturunkan nenek moyang kita. Benarkan begitu ?, "tanya seseorang diantara beberapa orang yang naik tadi. Mendengar pertanyaan ini tersenyum lebih dahulu. Setelah menata duduknya maka dijawab pertanyaan itu : " Memang aku telah datang pada pemimpinmu. Aku mengatakan demikian, apakah pemimpinmu sudah mengatakan maksudku pada kalian, "jawab nabi Shalih dengan penuh keyakinan.
" Apa maksudmu melarang kami menyembah tuhan-tuhan itu ?, "tanya kaum Tsamud hampir bersamaan. Pertanyaan disahuti pula dengan para pendatang yang memadati lapangan.
" Apakah kalian tidak berpikir, bahwa tuhan-tuhan itu tidak mendatangkan bahaya atau keselamatan. Bukankah tuhan-tuhan itu terbuat dari batu ?, "tanya nabi Shalih kepada orang-orang kaum Tsamud. Hal ini membuat beberapa orang kaum Tsamud yang menghadiri perdebatan itu menjadi ragu akan perbuatannya selama ini pada tuhan penyembahannya. Secara tidak langsung ucapan nabi Shalih sudah dapat membuka pintu hati beberapa orang yang hadir. Sehingga sedikit demi sedikit orang-orang itu mengikuti ajaran nabi Shalih dan menyuruh untuk memintakan ampunan pada Tuhannya.
" Wahai Shalih, sebenarnya kamu tempat harapan kami sebelum ini, patutkah saat ini kamu melarang kami untuk menyembah pada berhala yang telah diturunkan nenek moyong kita ?," kata kaum Tsamud yang naik ke mimbar. la berharap agar nabi Shalih tidak meneruskan dakwahnya sebab secara tidak langsung tuhannya telah terhinakan.
" Wahai saudaraku, aku berani mengatakan dan melarang kalian menyembah berhala-berhala itu sebab sudah menjadi utusan Allah. Dan Allah tidak dapat dipersekutukan dengan apapun, "kata nabi Shalih menjelaskan dan membuka kenabiannya. Mendengar jawaban yang meyakinkan itu, beberapa orang mulai ragu-ragu.
" Sesungguhnya kami semua masih ragu-ragu tentang apa yang engkau serukan dan kau katakan tadi. Kami masih menaruh curiga kepadamu, jangan-jangan kau menipu kami!, "kata orang-orang yang hadir sehingga suaranya jadi gaduh. Nabi Shalih sudah menduga bahwa kaumnya akan mau diajak pada jalan kebenaran. Oleh karena itu ia mengatakan tentang kenabiannya seperti yang telah diabadikan dalam Al Qur'an surat Hud ayat 63 yang berbunyi:
Artinya: Berkata nabi Shalih : "Hai kaumku bagaimana pendapatmu bila aku berada di atas kebenaran dari Tuhan dan ia memberi rahmat kepadaku berupa wahyu ? Siapa yang menolong aku dan siksaan Allah jika aku mendurhakakan-Nya 7 tiadalah kamu menambah apa-apa padaku, selain dari kerugian saja". (Hud: 63)
Mendengar jawaban yang laksana syair itu membuat semua orang yang hadir mengangguk-anggukkan kepalanya. Sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Namun bangsa Tsamud sangat pandai berpura-pura. Selelah mendengar jawaban itu, kelihatannya setuju dengan ajakan nabi Shalih, namun dalam dasar hatinya sesungguhnya mentertawakan. Semua itu hanya Tuhan yang mengelahuinya.
5. Wahyu Yang Diturunkan Allah Kepada Nabi Shalih
Setelah nabi Shalih mengatakan seperti yang tertera dalam surat Hud ayat 63 itu, maka orang-orang yang telah ditunjuk untuk mewakili kaum Tsamud mengejar dengan pertanyaan.
" Saudaraku, tidakkah kamu berpikir, siapa yang menumbuhkan tanamanmu sehingga mengeluarkan buah. Apakah berhala yang kalian anggap tuhanmu itu dapat membuatnya demikian ?, "tanya nabi Shalih kepada semua orang yang hadir. Mereka tidak dapat menjawabnya. Namun mereka tidak mau mendengarkan perkataan nabi Shalih. Mereka seolah-olah mendengarkan akan tetapi sesungguhnya mereka mengejeknya dalam hati.
" Wahai Shalih, tanaman yang kami tanam dan mengeluarkan buah itu karena kepandaian mengolah tanah, mengapa kau masih menanyakan hal ini. Selain itu mendapat berkah dari tuhan kami, "jawab orang yang hadir hampir bersamaan. Mendengar jawaban seperti ini, nabi Shalih tersenyum.
" Kau sungguh keliru saudaraku. Ingatlah siapa yang menciptakan tanah sehingga dapat kau tanami, "kata nabi Shalih kepada kaum Tsamud.
" Tanah ini warisan nenek moyang kita, dan tuhan Wad serta lainnya yang membuatnya, "kata mereka sambil menggerutu sebab mengira nabi Shalih tidak menghormati warisan nenek moyang. Mereka juga menganggap bahwa tanah itu sudah dibuat sejak jaman dahulu oleh tuhan Wad dan lainnya.
" Tanah yang kita pijak dan kita tanami dengan semua tanaman ini adalah hasil ciptaan Allah, "kata nabi Shalih dengan pembuktian kekuasaan Allah seperti yang telah tertera dalam Al Qur'an surat Al A'rof ayat 58 :
Artinya : " Dan tanah yang baik, tanam-tanaman yang subur dengan izin Allah dan tanah yang tidak subur dan tanam-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur". (Al A 'rof: 58)
Dari surat Al Qur'an di atas dapat diketahui bagaimana Allah menunjukkan kekuasaannya sehingga semua tumbuhan yang ditanam dapat menghasilkan buah dengan baik.
Setelah mendengar firman di atas orang-orang yang hadir tidak hanya mengejek, melainkan berupaya untuk memusnahkan nabi Shalih. Mereka sangat tersinggung dengan hinaan nabi Shalih terhadap tuhan-tuhannya.
" Mulai sekarang hentikan penyembahan kalian pada tuhan-tuhan yang tuli dan buta itu. Sebab aku khawatir azab dan siksa Allah akan diturunkan seperti pada umat terdahulu, "kata nabi Shalih yang tidak henti-hentinya mengajak kaum Tsamud pada jalan kebenaran. Mendengar ajakan ini kaum Tsamud semaki memuncak kemarahannya sehingga mereka yang ada di mimbar meninggalkan nabi Shalih dengan tidak permisi. Hal tersebut dimaklumi oleh nabi Shalih sebab tuhan mereka telah dihina.
" Wahai Shalih jika kau ingin menjual omongan janganlah dihadapan kami. Dan kami berpesan janganlah menghina tuhan Wad dan lainnya, "kata beberapa orang yang hadir.
Kemudian mereka berlalu meninggalkan pertemuan dengan hati yang geram. Tidak hanya itu, mereka juga mengancam pada pengikut nabi Shalih jika tidak kembali dan tidak ikut dalam pemujaan berikutnya. Namun orang yang beriman tidak takut sedikitpun mendengar ancaman itu. Mereka lebih takut dengan Allah.
Setelah mereka bubar barulah nabi Shalih menemui pengikutnya dan mengatakan agar selalu bersamanya. Sebab keselamatan akan selalu menaungi sehingga bencana yang menimpa kaum Tsamud tidak sampai mengenai.
Mereka berjalan dan meninggalkan perkampungan tadi. Kemudian nabi Shalih mulai berdakwah di daerah lain yang tidak jauh jaraknya dengan perkampungan pertama. Di perkampungan ini pun nabi Shalih selalu mengajak semua masyarakat untuk meninggalkan penyembahan pada berhala.
" Saudara-saudaraku, mungkinkah tuhanmu akan menyelamatkan jika kalian mendapatkan bencana dari Allah, "kata nabi Shalih memulai dakwahnya. Mendengar nama Allah disebut semua yang hadir bertanya-tanya. Sebab selama ini mereka tidak pernah mendengar kata itu.
" Wahai tamuku, siapakah sebenarnya Allah yang baru kau sebutkan, "tanya orang-orang itu. Kemudian nabi Shalih mengangkat jari telunjuknya ke atas dan menjelaskan : "Allah adalah Tuhan yang telah menciptakan langit, bumi, manusia, binatang dan semua benda-benda yang ada di bumi, "kata nabi Shalih. Kemudian ia meneruskan perkataannya : "Allah tidak boleh disamakan dengan barang-barang atau manusia yang ada di muka bumi, sebab Allah memiliki sifat Esa, "tambah nabi Shalih.
" Kalau begitu, anda tentu bukan orang sembarangan, "tanya orang-orang diperkampungan itu. Mereka tidak mengenal siapa nabi Shalih sebab selama ini beliau berdakwah di kampungnya sendiri.
" Saya bernama Shalih dan ditugaskan oleh Allah untuk menghentikan dan meminta pada kalian agar meninggalkan kebiasaan buruk seperti menyembah berhala, berbuat kemaksiatan dan perbuatan tercela lainnya, "nabi Shalih menjelaskan. Sementara itu orang-orang saling berpandangan, seakan-akan mereka tidak percaya ucapan nabi Shalih tadi. Kemudian beberapa orang menanyakan : "Mungkinkah anda ini sebagai pelita hati kami, "tanya orang-orang itu penuh selidik. Demi mendengar pertanyaan ini akhirnya nabi Shalih membuka kenabiannya.
" Aku adalah utusan Allah, "kata nabi Shalih dengan sungguh-sungguh. Namun orang-orang tidak percaya sebab anggapannya nabi itu bukanlah manusia.
" Jika memang begitu, bagaimana kami dapat percaya dan mengikuti ajakanmu sebelum melihat buktinya, "kata orang-orang itu. Perkataannya sangat meyakinkan seolah-olah mereka akan mengikuti ajakan nabi Shalih jika beliau sudah dapat membuktikan seperti permintaannya.
…….Untuk melanjutkan membaca silahkan kunjungi “ Kisah Nabi Shalih AS bag. Ketiga ”